Senin, 03 November 2014

Universalitas Ajaran Islam dan Fitrah Manusia.


1.      Makna Universalitas Islam
Secara etimologi: “Universal berasal dari bahasa inggris universal yang berarti: Semesta dunia, Universally yaitu yang bersifat universal atau Universe, berarti: Seluruh bidang. Dalam kamus Al-Munjid As-syamilah universal berarti: Sesuatu yang luas”[1]. Universalitas Islam secara terminologi; menurut  Yasuf Al-Qardhawi "Bahwa risalah Islam meliputi seluruh dimensi waktu, tempat dan kemanusiaan, yang secara realitas mencakup tiga karakteristik yaitu: Keabadian, internasionalitas dan aktualisasi”[2]. Dari pengertian di atas dapat dimaknakan Lebih jelasnya universalitas Islam adalah risalah yang universal sekaligus konfrehensif dan lengkap, dia adalah Agama dan Negara hukum dan ideologi, prinsip dan aplikasi, teori dan praktek serta selalu relevan untuk semua tempat dan jaman. Universalitas Islam menuntut umat Islam untuk merealisasikan seluruh ajaran Islam dalam semua aspek kehidupannya, sehingga keislaman seseorang bukan keislaman yang parsial dan temporal, akan tetapi keislaman yang sesungguhnya adalah beriman dan mengaktualisasikan seluruh ajaran Islam secara utuh dalam kehidupannya.
Allah swt berfirman: "Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?(Q.S Al-Baqarah: 85). Juga "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhannya dan jangan kamu turuti langkah-langkah syetan". (Q.S: Al-Baqarah:208). Ayat di atas secara jelas ingin mengatakan menjalankan isi kandungan atau ajaran islam haruslah secara universal dan tidak setengah-setengah.
Dalil aqli: Suatu pekerjaan jika tidak secara totalitas di prioritaskan, hasilnya akan berbeda dari yang di prioritaskan. Dalam Islam, mereka yang mengerjakan seluruh ajaran Islam secara sempurna dan menyeluruh akan mendapat ganjaran yang berbeda dengan yang setengah-setengah. Islam memang ajarannya universal, sesuai dengan situasi kondisi sepanjang zaman. Secara fitrah semua manusia dapat menerimanya, walau secara lahiriah banyak yang tidak setuju dengannya. Sebagai Agama yang kebenarannya telah di jamin oleh Allah SWT. Dan telah terbukti seiring dengan perkembangan zaman. Islam dan ajarannya semakin eksis. Kita memiliki keyakinan tiada seorangpun yang yang masih aisng dengan Islam, meski persepsi mereka memang berbeda-beda. Namun Islam telah benar-benar eksis bersama keeuniversalan ajaran luhurnya.
2.      Makna fitrah
Secara bahasa, “fitrah artinya al khilqah yaitu keadaan asal ketika seorang manusia diciptakan oleh Allah (lihat Lisaanul Arab 5/56, Al Qamus Al Muhith 1/881). Dan ketahuilah, yang dimaksud dengan Agama yang fitrah ialah Islam. Setiap manusia lahir dalam keadaan berislam, sebagaimana sabda Nabi SAW”[3]. Fitrah berarti tabiat atau sifat pembawaan manusia sejak dilahirkan atau kecenderungan manusia terhadap sesuatu sejak diciptakan. Allah menciptakan hati manusia dengan kecenderungan alami, yakni seruan iman. Kecenderungan inilah yang disebut dengan fitrah. Konsekuensi dari iman adalah mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah atau dengan kata lain mengamalkan syariat Allah. Fitrah ini Allah ciptakan pada diri manusia sejak dalam kandungan ibunya, lalu ia dilahirkan ke dunia dalam keadaan fitrah. كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya : Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-Muslim). Allah SWT berfirman:
أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama yang lurus (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar Ruum: 30).
Dalil aqli: Semua manusia memiliki kecendrungan menyembah, meski terkadang salah sasaran yang menjadi objek sesembahan.
Tamsil : Seseorang yang lahir di suatu tempat, ia mesti sayang dan suka tanah klahirannya, dan rindu kembali kepadanya jika berada di tempat yang jauh. Semua jiwa manusia pada dasarnya merindukan kebaikan sebagai umpan atau makanan baginya, sebagaimana jasmani rindu makanan dan minuman  ketika lapar. Begitu jugalah dengan ruh yang rindu kepada Tuhan, ruh ingin kembali kepada dimana ia berasal.



[1]http://makalah-artikel.blogspot.com/2007/11
[2] Ibid.
[3]http://muslim.or.id/aqidah/mengenal-agama-yang-fitrah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read more: http://www.caraseoblogger.com/2013/11/cara-menambahkan-animasi-burung-twitter.html#ixzz3GY9CTcvx