1.
Makna Universalitas Islam
Secara etimologi: “Universal berasal dari bahasa inggris
universal yang berarti: Semesta dunia, Universally yaitu yang bersifat
universal atau Universe, berarti: Seluruh bidang. Dalam kamus Al-Munjid As-syamilah
universal berarti: Sesuatu yang luas”[1]. Universalitas
Islam secara terminologi; menurut Yasuf
Al-Qardhawi "Bahwa risalah Islam meliputi seluruh dimensi waktu, tempat
dan kemanusiaan, yang secara realitas mencakup tiga karakteristik yaitu:
Keabadian, internasionalitas dan aktualisasi”[2]. Dari
pengertian di atas dapat dimaknakan Lebih jelasnya universalitas Islam adalah
risalah yang universal sekaligus konfrehensif dan lengkap, dia adalah Agama dan
Negara hukum dan ideologi, prinsip dan aplikasi, teori dan praktek serta selalu
relevan untuk semua tempat dan jaman. Universalitas Islam menuntut umat Islam untuk merealisasikan seluruh ajaran Islam dalam semua aspek kehidupannya, sehingga keislaman seseorang bukan keislaman yang parsial dan temporal, akan tetapi keislaman yang sesungguhnya adalah beriman dan mengaktualisasikan seluruh ajaran Islam secara utuh dalam kehidupannya.
Allah swt berfirman: "Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?(Q.S Al-Baqarah: 85). Juga "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhannya dan jangan kamu turuti langkah-langkah syetan". (Q.S: Al-Baqarah:208). Ayat di atas secara jelas ingin mengatakan menjalankan isi kandungan atau ajaran islam haruslah secara universal dan tidak setengah-setengah.
Allah swt berfirman: "Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?(Q.S Al-Baqarah: 85). Juga "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhannya dan jangan kamu turuti langkah-langkah syetan". (Q.S: Al-Baqarah:208). Ayat di atas secara jelas ingin mengatakan menjalankan isi kandungan atau ajaran islam haruslah secara universal dan tidak setengah-setengah.
Dalil aqli: Suatu pekerjaan jika tidak secara totalitas di prioritaskan, hasilnya
akan berbeda dari yang di prioritaskan. Dalam Islam, mereka yang mengerjakan
seluruh ajaran Islam secara sempurna dan menyeluruh akan mendapat ganjaran yang
berbeda dengan yang setengah-setengah. Islam memang ajarannya universal, sesuai
dengan situasi kondisi sepanjang zaman. Secara fitrah semua manusia dapat
menerimanya, walau secara lahiriah banyak yang tidak setuju dengannya. Sebagai Agama
yang kebenarannya telah di jamin oleh Allah SWT. Dan telah terbukti seiring
dengan perkembangan zaman. Islam dan ajarannya semakin eksis. Kita memiliki
keyakinan tiada seorangpun yang yang masih aisng dengan Islam, meski persepsi
mereka memang berbeda-beda. Namun Islam telah benar-benar eksis bersama
keeuniversalan ajaran luhurnya.
2.
Makna fitrah
Secara bahasa, “fitrah artinya al khilqah yaitu keadaan
asal ketika seorang manusia diciptakan oleh Allah (lihat Lisaanul Arab 5/56, Al
Qamus Al Muhith 1/881). Dan ketahuilah, yang dimaksud dengan Agama yang fitrah
ialah Islam. Setiap manusia lahir dalam keadaan berislam, sebagaimana sabda
Nabi SAW”[3]. Fitrah
berarti tabiat atau sifat pembawaan manusia sejak dilahirkan atau kecenderungan
manusia terhadap sesuatu sejak diciptakan. Allah menciptakan hati manusia
dengan kecenderungan alami, yakni seruan iman. Kecenderungan inilah yang
disebut dengan fitrah. Konsekuensi dari iman adalah mengerjakan segala perintah
dan menjauhi segala larangan Allah atau dengan kata lain mengamalkan syariat
Allah. Fitrah ini Allah ciptakan pada diri manusia sejak dalam kandungan
ibunya, lalu ia dilahirkan ke dunia dalam keadaan fitrah. كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ
أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
Artinya : Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam
keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR.
Bukhari-Muslim). Allah SWT berfirman:
أَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ
حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ
لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا
يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama yang
lurus (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar Ruum: 30).
Dalil aqli: Semua manusia memiliki kecendrungan menyembah, meski terkadang salah
sasaran yang menjadi objek sesembahan.
Tamsil : Seseorang yang lahir di
suatu tempat, ia mesti sayang dan suka tanah klahirannya, dan rindu kembali
kepadanya jika berada di tempat yang jauh. Semua jiwa manusia pada dasarnya
merindukan kebaikan sebagai umpan atau makanan baginya, sebagaimana jasmani rindu
makanan dan minuman ketika lapar. Begitu
jugalah dengan ruh yang rindu kepada Tuhan, ruh ingin kembali kepada dimana ia
berasal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar