Hf sul adalah
anak ketiga dari enam bersaudara, lahir dari pasangan
Abdul Qosim dan
Mahni. Lulus SD 2004, SLTP 2007 dan SLTA Tahun 2010. Hf Sul merupakan anak pendiam dan
pemalu.
Bekas-bekas karakter tersebut masih tersisa sampai hari ini, walau cendrung telah berubah drastis. Siafat pemalu yang dominan waktu itu menjadikan Hf Sul anti sosial, bahkan ketika orang tua bertitah menemani tamu yang berkunjung, Hf Sul sudah lebih dahulu lari dan sembunyi dalam rumah. Sifat ini mendominasi selama masa remaja hingga kira-kira umur 18-an tahun. Suatu saat teman kuliah kakak Hf Sul berkunjung, dimana saat itu tidak ada seorangpun dirumah, jadi mau tidak mau harus berhadapan dengan mereka. Saat itu betapa malunya Hf Sul duduk diam tanpa kata, tidak tau harus berkata apa, ngobrol bagaimana. Hf Sul tidak tau bagaimana bertanya mengenai berbagai perihal mereka. Keringat bercucuran sambil merunduk. Ketika mereka menyapa, Hf Sul hanya bisa menjawab pertanyaan mereka dengan singkat dan bersikap banyak senyum. Inilah penyebab masyarakat terkadang tidak memahami Hf Sul dan tidak memiliki banyak sahabat kecuali yang selevel dengan Hf Sul. Jangankan dari tamu yang belum Hf Sul kenal, dari tetangga sendiri yang tiap hari saling lihat dan bergaul, masih pemalu. Saat Ibu Hf Sul bertitah untuk meminjam sesuatu atau meminta garam di rumah tetangga[1], Hf Sul mesti mengatakan “Ibu aku malu”. Orang tua Hf Sul tidak habis herannya bagaimana Hf Sul semalu ini. Tetangga dan orang-orang yang mengenal Hf Sul juga mengatakan hal yang sama, padahal saudara-saudara Hf Sul tidaklah seperti Hf Sul. Tetapi itulah Hf Sul. Seorang remaja yang pemalu, pendiamn dan misterius.
Bekas-bekas karakter tersebut masih tersisa sampai hari ini, walau cendrung telah berubah drastis. Siafat pemalu yang dominan waktu itu menjadikan Hf Sul anti sosial, bahkan ketika orang tua bertitah menemani tamu yang berkunjung, Hf Sul sudah lebih dahulu lari dan sembunyi dalam rumah. Sifat ini mendominasi selama masa remaja hingga kira-kira umur 18-an tahun. Suatu saat teman kuliah kakak Hf Sul berkunjung, dimana saat itu tidak ada seorangpun dirumah, jadi mau tidak mau harus berhadapan dengan mereka. Saat itu betapa malunya Hf Sul duduk diam tanpa kata, tidak tau harus berkata apa, ngobrol bagaimana. Hf Sul tidak tau bagaimana bertanya mengenai berbagai perihal mereka. Keringat bercucuran sambil merunduk. Ketika mereka menyapa, Hf Sul hanya bisa menjawab pertanyaan mereka dengan singkat dan bersikap banyak senyum. Inilah penyebab masyarakat terkadang tidak memahami Hf Sul dan tidak memiliki banyak sahabat kecuali yang selevel dengan Hf Sul. Jangankan dari tamu yang belum Hf Sul kenal, dari tetangga sendiri yang tiap hari saling lihat dan bergaul, masih pemalu. Saat Ibu Hf Sul bertitah untuk meminjam sesuatu atau meminta garam di rumah tetangga[1], Hf Sul mesti mengatakan “Ibu aku malu”. Orang tua Hf Sul tidak habis herannya bagaimana Hf Sul semalu ini. Tetangga dan orang-orang yang mengenal Hf Sul juga mengatakan hal yang sama, padahal saudara-saudara Hf Sul tidaklah seperti Hf Sul. Tetapi itulah Hf Sul. Seorang remaja yang pemalu, pendiamn dan misterius.
Keadaan
ini begitut kental terasa. Selain
itu, hal unik lainnya yang khas dari Hf Sul adalah “langka
tertawa”, tentu penyebab utamanya adalah dualism sifat tadi (pendiam dan
pemalu). Walau terkadang teman-teman Hf Sul ngobrol dengan banyak
tertawa, namun Hf
Sul tidak mudah ikut tertawa. Saat itu Hf Sul tidak pernah merasa ada yang
lucu pada seluruh tingkah laku dan lelucon teman Hf Sul. Hf Sul susah bisa tertawa, paling jauh hanya
bisa tersenyum, dan paling jauhnya lagi dapat memperlihatkan sentilan gigi
depan. Tetapi
itupun bagaikan mencari jarum yang hilang ditengah tumpukan jerami. Sebuah
problema yang menjadikan Hf Sul terkenal dengan gelar “Senyuman Rasulullah”. Tidak
heran
kemudian diantara teman-teman Hf Sul membuat sebuah perlombaan,
bagi siapa saja yang bisa membuat Hf Sul tertawa, akan diberi upah untuk itu.
Sungguh suatu kenangan luar biasa sekaligus lucu bagi Hf Sul. Dimana ketika mengingat hal
tersebut hari ini, menjadikan Hf Sul tersenyum sendiri.
Semasa SLTA,
perubahan drastis mulai terjadi. Seiring
dengan banyaknya kawan di pesantren, angin kehidupan baru
bertiup pelan, sebuah era baru telah lahir. Namun masih terbatas pada teman
laki-laki, dan belum memiliki mental untuk mengenal apalagi bermain dengan
wanita. Sungguh
Hf Sul adalah cowok pemalu, sekalipun itu adalah teman sekelas yang tiap hari
bertemu dan mengerjakan tugas sekolah bersama. Sifat yang dulu melekat
kental pada diri Hf Sul sekarang memang telah terkikis sedikit demi sedikit, walau
belum teras sempurna. Masih berjalan munuju sebuah proses, proses menjadi. Dari
titik terendah dan terus meluncur hingga hirarki tertinggi Insya Allah.
Analisis Makna dari Sebuah Nama
Hari ini, Hf Sul berfikir
mungkinkah sifat tersebut merupakan sebuah konsekwensi dari sebuah nama,
ataukah mutlak hasil bentukan lingkungan? Hafiz Sulaiman adalah
nama pemberian orang tua. Tetapi suatu saat Hf Sul mendengar kata Abdul di awal
nama cukup indah dan terasa tepat,
sehingga Hf Sul menambah sendiri dengannya, dan terpakai sejak itu sampai hari
ini. Disini, Hf Sul ingin sedikit menganalisis makna. Kerena nama Hf Sul
terdiri dari tiga suku kata, tentu memiliki makna yang berbeda dan
mungkin beragam. Meminjam bahasa mufassir yang berarti multi
tafsir.
Pertama, Abdul.
Secara bahasa, berasal dari bahasa arab, dari
fiil madi عبد, yang berarti menyembah atau ibadah. Kata ini juga bisa
berkembang menjadi berbagai I’rob. Salah satunya jika di isim fi’ilkan menjadi عابد, yang berarti orang yang menyembah. Secara istilah berarti
seorang yang memfokuskan diri mencapai hirarki tertinggi menuju sang Khaliq. Menyerahkan universalitas
diri, seutuhnya kepada Dia yang tidak dapat difahami manusia. Nama Abdul secara
histors terpakai berabad-abad yang lalu oleh bangsa Arab,
dimana bahasa Arab tersebut lahir. Nama Abdul sendiri menjadi sebuah nama bagi
mereka yang menyembah objek tertentu, dan telah lazim terpakai sebagai awal
nama bagi mereka yang beragama Islam pasca lahirnya Islam. Hal ini memiliki
asas kuat setelah beberapa klaim yang menghubungkannya dengan sabda baginda
Nabi, bersama beberapa nama Islami lainnya. Beberapa tafsir bebas memang sebuah
aset kekayaan, namun hanya ada satu pilihan dari keberagaman makna tersebut. Hf
Sul disini akan lebih menekankan makna Abdul sebagai hamba, hamba milik
seorang, atau
seorang yang bertuan. Kemudian Hf Sul akan lebih mempertajamnya lagi
dengan penekanan makna yang terbatas pada hamba Tuhan. Inilah sekelumit
pengembangan dari kata Abdul sendiri, yang sebebnarnya masih membutuhkan
kupasan yang lebih luas, iya karena adanya multi tafsir. Setidaknya begitulah
menurut sang pemilik nama, Hf Sul.
Kedua, Hafiz. Kata ini terambil dari
bahasa arab, حفظ-يحفظ-حفظ yang berarti menjaga, menghafal dan mengetahui. Sederhananya
dapat diartikan sebagai seorang penghafal jika di isim fa’ilkan. Lengkapnya
kata Hafiz memiliki tiga pilar makna. Yang pertama adalah menjaga. Apakah yang dijaga? Ada banyak hal
yang harus dijaga, dalam konteks sosial kemasyarakatan dan politik, menjaga
adalah hal esensial yang menjadikan sang penjaga dihormati, bahkan
dielu-elukan, seperti tokoh nasional yang dapat menjaga keutuhan wilayahnya
dari gerogotan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dalam konteks teologi
sunni, aqidah merupakan hal primer. Menjaganya dengan segenap jiwa raga, dalam
bentuk pendalaman pengetahuan dan membela kebenaran. Menjaga
keyakinan yang merupakan fitrah sejak lahir sampai tercabutnya tancapan ruh
dari penjara
materi (tubuh). Secara umum, Hafiz berarti menjaga seutuhnya tradisi,
ajaran dan nilai-nilai luhur dan mebentenginya dari serangan-serangan yang
berniat menghancurkannya. Yang kedua, hasil akhir dari kata Hafiz adalah
terjaga. Ketika telah menjaga kemurnian kebenaran, kini Hafiz berubah status
menjadi terjaga. Siapakah yang menjaganya? Dialah Tuhan. Hal ini bukan sekedar
argumentasi, sebab seorang yang menjaga agama Tuhan, Tuhan akan menjaganya. احفظ الله يحفظك (الحديث)
Ketiga, atau
yang terakhir adalah Sulaiman. Kata yang terakhir ini tidak memiliki makna,
sebab nama ini adalah ajam dan tidak memiliki akar kata dalam bahasa arab.
Namun, ada hal yang menarik dari nama ini. Sulaiman, iya Nabi Sulaiman, beliau
adalah putra Nabi Daud AS. Seorang Nabi yang bijaksana dan raja yang adil.
Keadilannya memenuhi mahluk dibumi, sampai semua mahluk merasakan keadilan sang
Nabi merangkap raja ini. Hf Sul tidak berharap menjadi Nabi dan tidak pula menjadi
raja. Tetapi dalam hal spiritual, Hf Sul memiliki sepucuk harapan untuk terus
berjalan dalam proses yang kontinu, demi mencapai hirarki
agung disisi Tuhan. Walau keadaan Hf Sul hari ini mungkin sejauh bumi dengan langit. Tetapi
cita dan harapan Hf Sul bukan sekedar cita dan harapan tetapi telah memulai
berjalan pelan.
Ketidak
mampuan Hf Sul berlari tentu karena ketiadaan pembimbing, yang dalam istilah
tasawuf ‘amali disebut guru mursyid. Siapapun memang tidak akan dapat mencapai
derajat kenabian, tetapi siapapun memiliki kesempatan yang sama untuk
menaggalkan status Basyar
dan meluncur menuju kasta Insan.
Itulah harapan yang pertama dari jiplakan makna spiritual Nabi Sulaiman. Dan
yang kedua adalah status Sulaiman sebagai raja. Hf Sul memiliki sebuah minat
melanggeng menuju kursi politik. Hf Sul tidak memperbesar harapan untuk sukses
dalam minat ini, namun Insya Allah akan berusaha mewujudkannya. Satu hal yang
lebih agung dari mimpi ini adalah ketika Hf Sul telah ditaqdirkan sebagai
pemimpin, baik dalam hal politik atau pemimpin dalam berbagai bentuk lainnya,
atau bahasa agamanya adalah dimana setiap orang merupakan pemimpin, minimal
bagi dirinya sendiri. Dari kepemimpinan ini kemudian Hf Sul ingin lahir sebagai
reinkarnasi dari raja Sulaiman. Tentu bukan reinkarnasi jisim, melainkan
reinkarnasi ketegasan dalam mengambil kebijakan, keadilan dalam hukum,
kedermawanan dalam membagi, kearifan menentukan sikap, kepiawaian dalam
mengatur dan menata, kecerdasan dalam berfikir dan menjelaskan strategi, ketelitian
dalam administrasi dan yang terakhir adalah kebijaksanaan dalam segala hal yang
menyangkut kepentingan rakyat khususnya dan maslahat dunia akhirat umumnya.
Harapan-Harapan
Sering mendengar sebuah
pertanyaan, apalah arti sebuah nama. Sekilas terfikirkan
pertanyaan ini sepertinya kurang menyadari eksistensi dirinya yang tercermin
dalam nama. Bagi Hf Sul nama adalah sebuah pesan, iya sebuah pesan penting.
Sepenting risalah kenabian, dan memang mirip risalah
kenabian. Sebab pesan-pesan yang terkandung dalam keragaman arti nama Hf Sul
merupakan sebuah risalah khusus dari Tuhan dan hanya untuk Hf Sul. Risalah
khusus pribadi yang tidak wajib mepublikasikannya kepada eksternal
pribadi ini. Risalah ini datang untuk dipegang erat dan jalani pelan-pelan.
Meminjam istilah Agama yaitu menjadi hamba yang sholeh dan taat pada Tuhan
sampai hembusan nafas terakhir.
Terakhir disini Hf Sul
ingin mengungkapkan kesimpulan harapan
Hf Sul dari
tiga kata. Pertama, dari Abdul. Hf Sul berharap menjadi mahluk
Tuhan yang selalu memegang teguh tauhid, menyembah sesuai kehendak Tuhan, dan
mampu mengabdikan diri pada ranah yang menjadikan Negara da ummat Islam
gemilang, segemilang harapan yang tidak pernah pupus. Kedua, dari
kata Hafiz, berharap dapat menjaga risalah khusus pemberian Tuhan kepada Hf
Sul. Menjaga
yang harus dijaga, melindungi yang harus dilindungi dan memperbaiki keadaan
disekitar Hf Sul dengan free will pemberian Tuhan. Hf Sul
tidak lagi berharap menjadi pengahafal Qur’an yang pernah Hf Sul harapkan dan
tidak dapat tersampaikan. Terakhir harapan Hf Sul dari kata Hafiz adalah ingin
selalu mengingat ajaran Tuhan selama hayat, dan mampu memegang syahadatain di
akhir nafas. Ketiga, dari kata Sulaiman, Hf Sul berharap menjadi
reinkarnasi raja sulaiman. Bukan reinkarnasi jisim tetapi reinkarnasi dalam
sifat-sifat agungnya sebagaimana yang telah Hf Sul sebutkan diatas. Sekian
dan salam sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar