Sabtu, 18 Oktober 2014

Masalah, Antara Pupuk Dan Hama

Problema; tidak berfikir kepada siapa ia harus hinggap. Ia bukan tuhan yang penuh kasih sayang, bukan nabi yang cinta damai, juga bukan kolam susu 
yang menyegarkan bagi yang meminumnya. Tapi masalah adalah algojo yang tak terlihat. Penyiksa namun bukan malaikat. Pembunuh namun bukan teroris. Ia hanya datang mengundang kegalauan. Mengundang prustasi dan terkadang memaksa seorang menangis. Tidak sedikit yang susah menghadapinya, bikin patah hati hingga bunuh diri.Ia datang dengan tiba-tiba disetiap saat. Ia mengelilingi roda kehidupan. Kita semua tau namun tidak semua kita menyadarinya, dan bersiap mengantisipasinya.Ada yang siap, bahkan menantinya. Tertera jelas dalam hizib NW (NahdlatulWathan), yang disusun oleh kiyai Zainuddin Lombok; “hai masalah,,! datanglah,!! aku hanya tau kalau badai pasti berlalu”. Yah disini emang jelas dan telah menjadi hukum alam (sunnatullah), suatu yang datang pasti berlalu. Dalam ungkapan di atas menunjukkan keteguhan hati penantangnya. Dan perbedaan sikap orang yang menghadapinya. Dalam hal ini tentu bukan hanya besikap menati waktu kapan berlalunya, tapi ia dengan percaya diri dan dengan harapan penuh menghadapinya. dia menyadarinya sebagai anugrah menuju tingkatan yang lebuh tinggi. Secercah tamsil, ketika mahasiswa ingin naik semester tentu melalui pintu ujian (masalah). Jadi ujian itu di pandang sebagai pemberian keberuntungan, syarat kenaikan derajat. Bayangkan jika seorang menghindarinya, hingga matinya ia tidak akan naik semester, absurd memang.
            Itulah masalah, tidak pandang bulu kepada siapa ia akan hinggap, tidak berfikir kalau ini adalah putra mahkota, atau ini adalah seseorang yang membenci masalah. Ia tetap buta dalam memilih. Namun dalam hal ini sikap seorang adalah sebagai penentu bagi masalah itu sendiri, apakah akan menjadi pupuk atau hama. Itulah persoalan inti dalam ulasan singkat ini.
Disini penulis menawarkan konsep “pohon masalah” sebagai konsep terbaik dalam menangani masalah. Kalau dalam filsafat seseorang di tintut untuk berfikir radikal, berfikir sampai akar-akarnya sebgai ciri berfikir filosofis. Maka dalam mennangani masalah ada konsep pohon masalah, dimana masalah di tamsilkan sebagai pohon. Pohon, jika anda mencabut akarnya niscaya matilah batang, ranting sampai ke ujung pucuknya. dan masalah juga memiliki prosedur yang sama. di telusuri melalui sumbernya, dan ketika telah ketemu, dari sanalah ujung terbaik penyelesaikannya.kemudian dari akar itu masalah di pangkas dan barulah kemudian menghadapi cabang-cabangnya hingga pucuk ahir. Ustadz yusuf Mansur memberi ceramah dalam salah satu majelisnya, “jika rumah bocor, perbaiki gentengnya terlebih dahulu, barulah kemudian mengepel lantai”, sebab jika akan mengepel lantai terlebih dahulu maka air hujan akan tetap jatuh dan bejana pasti penuh.
Dalam solusi menyelesaikan masalah, dirilah yang lebih mengetahui bagaimana jalan yang terbaik, namun bagaimanapun juga, solusi dari orang lain bersifat membantu.

o   Orang Tua Ideal
Psikologis seorang anak jika tidak mendapat tempat dihati orang tuannya, ia akan lari mencari tempat perlindungan. Mencari teman yang tepat sebagai teman curhatnya, atau bahkan mencari pacar. Terkadang inilah penyebab utama anak melakukan berbagai kenakalan lainnya. So bagaimana peran orang tua yang begitu penting. Kini ketika membaca goresan ini anda menyadarinya. Jangan heran dan menyalahkan buah hati anda terus. Introspeksi terus apakah ada yang salah mengenaiku (Ortu).
Idealnya orang tua bukan lagi berperan sebagai orang tua yang terkesan memaksakan kehendak, baik dari hal cita-cita dan tekanan bahwa ia harus sukses, seakan itu merupakan sebuah kewajiabn mendesak yang jika tidak, hidup akan hancur. Apalagi menjadi orang tua yang ditakuti dan harus di turuti dengan konsekwensi besar. Sudah saatnya orang tua bagaikan sahabat yang paling mengesankan, lebih dicintai dari siapapun yang pernah ia jumpai dalam hidupnya. Sanggup meluangkan waktunya untuk berbagai kemaslahatannya. Mulai dari campur tangan tugas, hingga permainannya, bahkan ketika ia jatuh cintapun orang tua justru mengatakan: tembaklah hai ahmad, jentelmen.! jangan malu.! Aku yakin gadis manis itu lebih ingin memiliki pacar sepertimu ketimbang kamu menginginkannya. Sang bapakpun memberikan terik-trik jitu memikat wanita, hingga ia menceritakan pengalaman masa lalunya bersama puluhan manatan pacarnya, sampai kisah terindah bersama isrtinya, sampai luncuran kepintu pelaminan. Sungguh orang tua yang membanggakan, terasa tidak ingin melewati sedetikpun tanpanya. Orang tua impian para anak. Jangankan manusia, mungkin jibrilpun bermimpi, jika taqdir berpihak kepadanya, tapi bagaimanapun juga, goresan pena telah luput dari perintah tuhan. Sehingga jibril berpihak pada taqdir yang berbeda.
o   Sahabat Ideal
Hakikat sahabat adalah bukan teman curhat, berbagi dan saling pengertian serta selalu ada di setiap saat. Namun sahabat yang sesungguhnya adalah yang mengangkat derajat kemuliaan anda, menyelamatkan anda dari keterpurukan. Dalam dunia mahasiswa, sahabat idela adalah yang mengejak anda berorganisasi, ngajak diskusi atau kajian-kajian keilmuan lainnya. Disini sahabat di tekankan pada derajat keilmuan dan kerohanian dan bukan menonjol pada sisi fisik, bagaikan kelebihan seorang guru atas pembimbing spiritual dari pada orang tuan sebagai pembimbing fisik. Bukan berarti sahabat dunia di kesampingkan, tapi jika bisa anda adalah penyelamat bagi teman anda. Setidaknya dari sisi yang berbeda. Ibarat seorang kiyai membantu dari sisi spiritual dan seorang bangsawan kaya membantu dari sisi harta atau kekuatan. Sebab tidak mungkin terkumpul dari satu orang kesempurnaan yang komplit. Jika sahabat dalam kategori di atas di tekankan, masalah apa yang tidak akan terselesaikan? Selain itu juga, apalagi bagi mahasiswa yang terlanda masalah, akan masih diragukan idealitasnya jika harus menyerah, sebab selain ribuan buku yang menunggu di baca, juga terdapat para dosen caliber di bidangnya yang setiap saat menanti keluhan anda.
o   Lingkungan Ideal
Jika manusia adalah sang halifah di bumi, masalah adalah pupuk organiknya, “Penderitaan yang Tidak Membuatmu Mati, Akan Membuatmu Kuat” (basyrah). Tanpa masalah seorang tidak akan sigap dan menjadi dewasa. Ikan dilaut relative lebih besar dari pada ikan di darat air tawar. Sebab ikan di laut besar dengan tantangan, bahkan sarapan pagi dengan masalah, antara memakan atau di makan. Lingkungan adalah samudra social, seorang akan dewasa didalamnya, dan problema bersama. Seorang tidak seharusnya terbawa arus masalah, apalagi suatu yang dikatakan buruk. Terlebih bagi mahasiswa adalah tidak ada kata mati karena masalah, tapi masalah hanya berkonsekwensi membuat seorang kuat. Malam rabu lalu, salah seorang ustadz yang mengajarkan ilmu mantiq di asrama, mengajarkan isi ilmu mantiq, “kebodohan adalah kepada yang memiliki potensi mengetahui dan tidak mengetahui, dan tidak bisa dikatakan bodoh kepada benda mati dan binatang”. Setidaknya kita mengambil ibroh kalau manusia adalah guru di bumi ini. Jadi sebagai guru, semua adalah arif dan bijak dalam menyikapi masalah. Masalah, sekejam apapun ia, kita harus tau kalau tujuannya hanya satu, yaitu membuat seorang dewasa. Jadii, sebagai guru, masalah itu adalah pupuk, dan bukan hama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Read more: http://www.caraseoblogger.com/2013/11/cara-menambahkan-animasi-burung-twitter.html#ixzz3GY9CTcvx